Ketua KPU: Mahasiswa UNISA Harus Jadi Agen Demokrasi

Oleh
Team Unisa
/
28 September 2020
News Image

UNISA, - Mahasiswa harus tampil sebagai sosok pemberani yang dapat mengubah dan bertindak revulosioner terhadap sistem yang rusak. Selain itu, mereka juga harus memiliki standar moral, berwawasan luas, teguh pendirian serta konsisten dalam perkataan. Demikian kata Ketua KPU Kabupaten Kuningan, Asep Z Fauzi, saat mengisi materi Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Al-Ihya Kuningan, Minggu siang (27/09/2020).

Dalam PKKMB yang diikuti ratusan mahasiswa baru dan digelar secara virtual tersebut dia menjelaskan pada perjalanan bangsa Indonesia mahasiswa selalu hadir sebagai posisi kunci. Dengan usia dan tingkat perkembangannya mahasiswa selalu mengusung idealisme yang tinggi, semangat pengabdian tanpa pamrih, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa. Alhasil dengan modal intelektual mereka mampu keluar sebagai salah satu penentu terwujudnya kemerdekaan Indonesia.

“Meski berasal dari latar belakang sosial, budaya, organisasi, bahkan ideologi berbeda, namun karena persamaan nasib sebagai bangsa yang dijajah saat itu, mahasiswa merapatkan barisan sebagai satu bangsa. Mereka berjuang bersama-sama melawan penjajah dan segala bentuk penindasan,” katanya saat memberi materi dengan tema Mahasiswa dan Penguatan Demokrasi yang dipandu oleh dosen Unisa Kuningan, Kartika, S.Pd., M.Si.

Asep berharap, saat kemerdekaan sudah berhasil direbut dari tangan penjajah sejak 75 tahun, mahasiswa dapat mengisinya dengan memperkuat sistem dan budaya demokrasi. Menurutnya, mahasiswa Unisa memiliki para penting dalam menentukan laju pembangunan Kabupaten Kuningan. Tidak mesti soal infrastruktur, terpenting pembangunan sumber daya manusia.

Dia menuturkan, salah satu langkah membangun SDM Kabupaten Kuningan adalah memperkuat sistem dan budaya demokrasi. Pasalnya, laju pembangunan daerah bergantung pada kinerja pemimpin dan aparatur pemerintahannya. Sementara kepemimpinan daerah baik legislatif maupun eksekutif dihasilkan dari proses demoraksi elektoral berupa Pemilu atau Pilkada.“Karena itu, kami berharap seluruh mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya Kuningan harus menjadi agen demokrasi. Utamanya dalam rangka memperkuat budaya demokrasi agar paralel dengan sistemnya yang sudah mapan,” tegasnya.

Menjadi agen demokrasi, kata Asep memiliki banyak varian. Antara lain melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Dengan peran yang disandangnya sebagai agent of change, agent of control, dan iron stock, mahasiswa sangat memiliki kapasitas untuk itu. “Seperti menekan angka golput, kampanye anti politk uang, hoax, ujaran kebencian, isu sara, dan lain-lain,” imbuhnya.

Selain itu, saat memasuki fase elektoral berupa tahapan Pemilu atau Pilkada diharapkan mahasiswa Unisa memiliki ketertarikan untuk menjadi penyelenggara Adhoc pemilihan. Menurut Asep, kehadiran mahasiswa sebagai penyelenggara dapat memperkuat harapan terwujudnya Pemilu atau Pilkada yang berkualitas. Hal ini sangat relevan dengan prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitain, dan pengabdian masyarakat.

“Pada Pemilu 2019 saja, di level PPK kami membutuhkan 160 orang, PPS 1.128 orang, dan KPPS 24.962 orang. Belum lagi lembaga Bawaslu yang butuh ribuan orang untuk menjadi anggota Panwascam dan Pengawas TPS,” sebutnya.***(HUMAS)

Punya pertanyaan seputar UNISA?

Logo
UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN
Copyright © 2024 UNISA. All rights reserved.
Home Profil Akademik PMB Berita Layanan