Berita Kegiatan Kampus

#

Tingkatkan Pemahaman E-Commerce, UNISA Gelar Webinar Internasional

UNISA,-Dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang e-commerce, pada Senin, 26 Desember 2022 di kelas Kewirausahaan II Unisa Kuningan, telah dilaksanakan "International Webinar, Entrepreneurship General Lecture" dengan topik yang sedang trend yaitu: "GLOBAL E-COMMERCE: USA VS. CHINA". Acara webinar tersebut dilaksanakan secara online melalui platform Google Meet,dengan mendatangkan dosen tamu dari Amerika Serikat.

            Adapun dosen tamu dari Amerika Serikat tersebut adalah Dr. Malia Benedine Fa'asolo yang merupakan PhD dari University of Science and Technology Beijing, China, serta menjabat sebagai Acting Deputy CEO for Corporate and Services Division di Kementrian BUMN (Ministry of Public Enterprises), Tonga, beliau juga bekerja di Pusat Perawatan Demensia di Hayward, California, Amerika Serikat.  Acara webinar yang digelar selama hampir 2 jam dari pkl 19:30 WIB sampai 21:20 WIB itu dipandu oleh dosen Fakultas Teknik UNISA, Dr. Eli Sumarliah, sebagai moderator dan dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan II.

            Dalam webinar tersebut, Dr. Malia menjelaskan tentang trend e-commerce secara global di mana China (Tiongkok) menjadi negara dengan pertumbuhan e-commerce terpesat di dunia, mengalahkan Amerika Serikat.  “Dibandingkan dengan AS dan negara lain di dunia, e-commerce di China tumbuh paling cepat selama tujuh tahun terakhir (2014-2020). E-commerce di China menyumbang lebih dari 50 persen penjualan ritel global di internet. Sementara AS mencapai 14,5%, China diprediksi sudah mencapai 44%,”ungkapnya.

            Di AS, menurut Dr. Malia, pasar online terdiri atas pasar konsumen-ke-konsumen (misalnya Etsy), Pasar bisnis-ke-konsumen (mis., Amazon), Pasar gabungan keduanya (mis., eBay), Situs web merek (misalnya, Dell.com), Situs web berita (mis., Reuters), dan layanan telekomunikasi online (mis., O2.com). Sedangkan di China, pasar online terbesar dikuasai oleh Alibaba (yaitu Taobao dan Tmall), Pinduoduo, JD.com, yang juga telah berperan besar dalam menciptakan trend di pasar global.

            Selanjutnya Dr.Maria menjelaskan bahwa untuk metode pembayaran online, orang Amerika atau negara Barat lainnya menggunakan pembayaran kartu kredit secara luas, sementara kebanyakan orang Cina langsung beralih dari uang tunai ke pembayaran seluler (melalui 'Wechat pay' atau 'Alipay'). Ini berkontribusi pada pengalaman berbelanja yang lebih lancar dan lebih cepat di China daripada di AS dan negara-negara Eropa Barat.

Namun sebagai warga negara AS, walaupun Dr. Malia mengakui efisiensi sistem e-commerce dan pembayaran di China yang canggih dan "one click", yaitu memakai aplikasi Wechat, namun beliau merasa lebih nyaman berbelanja online di AS dibanding di China, tempatnya menempuh studi PhD tersebut. "Karena di China sulit mendapatkan pakaian yang pas untuk ukuran tubuh saya, dan seringkali ukuran L atau XL di China berbeda dengan L atau XL di AS", ujarnya mencontohkan.

Dalam acara tersebut Dr. Eli Sumarliah yang juga merupakan lulusan dari universitas yang sama dengan Dr. Malia yaitu USTB Beijing, setuju dengan pendapat Dr. Malia bahwa di China semua transaksi terpusat pada satu aplikasi yaitu Wechat untuk hampir segala hal termasuk berbelanja, memesan kendaraan 'didi' alias taksi, bayar listrik, dan sebagainya. Tetapi terkadang bila ada kesalahan pada sistem bank atau Wechat pay, ia merasa kesulitan untuk mengajukan komplain karena faktor bahasa dan kurangnya informasi pihak berwenang, sehingga terkadang sistem di Indonesia terasa lebih mudah dibanding di China.(HUMAS)

Share:

Testimoni

Bagaimana mereka bercerita tentang UNISA Kuningan

#

HUBUNGI KAMI

Jika ada pertanyaan anda dapat menghubungi kami melalui WhatsApp dengan cara mengklik tombol Contact US

  • #
  • #
  • #
  • #
  • #